Selasa, 04 Januari 2011

PERILAKU GLAMOUR PENYEBAB PELAJAR JADI PSK

BAB I .PENDAHULUAN
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang juga mengubah norma-norma , nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya, serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami penipisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup
Perilaku seks remaja sudah sedemikian marak di Indonesia. Hasil survey KOMNAS perlindungan anak bekerja sama dengan lembaga perlindungan anak di 12 provinsi pada tahun 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa 93,7 % anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting dan oral seks, 62, 7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan, 21,2 % remaja SMU pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan, 97 % pelajar SMP dan SMU suka menonton film porno.
Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar 5% pada tahun 1980-an menjadi 20% pada tahun 2000-an. Berdasarkan survei pusat studi wanita UII diyogyakarta, jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan seks terutama dijogja terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas. Banyak faktor pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat daripada kontrol yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaan. Kisaran angka tersebut dikumpulkan dari berbagai penelitian diberbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Palu , Banjarmasin. Bahkan di Palu sulawesi tengah, pada tahun 2000 tercatat remaja yang pernah melakukan seks pra nikah mencapai 29,9%.
Tingginya angka hubungan seks pra nikah dikalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan pengetahuan seks. Selain itu meningkatkan pula kasus penyakit menular seksual (PMS) seperti sifilis, GO hingga HIV/AIDS. Perilaku seks bebas bisa berlanjut hingga menginjak perkawinan. Tercatat sebagian besar yang dialami orang-orang yang pernah melakukan hubungan seks pra nikah, masalah seks dengan pasangan justru dijadikan legitimasi untuk melakukan seks bebas. Bahkan saat ini seks bebas sudah menjadi bagian dari budaya bisnis.
Berbagai mitos seksualitas pada remaja :
1.      Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta
2.      Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah
3.      Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan
4.      Keperawanan tidak bisa ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul
5.      Sering masturbasi bisa menyebabkan mandul
6.      IMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin

BAB II. PERILAKU GlAMOUR PENYEBAB PELAJAR  JADI PEKERJA SEKS KOMERSIAL
Sebagian pelajar usia remaja dikota Yogyakarta sebut saja “S” 16 tahun yang masih duduk dibangku SMA terjerat menjadi pekerja seks komersial (PSK). CIBLEK, Itu sebutan untuk pelacur ABG di Yogyakarta. Singkatan dari cilikan betah melek. Hasil survei, salah satu faktor penyebabnya tren gaya hidup yang glamour. Selain itu juga disebabkan karena masalah keluarga, serta ekonomi yang menempati urutan pertama penyebab terjerumusnya para pelajar ini berani menjual dirinya. Bahkan terjerumusnya pelajar kedalam praktek prostitusi ini biasanya berawal dari pacaran yang berujung dengan melakukan hubungan seksual. Permasalahan sosial yang menimpa remaja diYogyakarta ini, dikhawatirkan akan meningkatkan angka penyebaran HIV/AIDS, akibat perilaku seks bebas. Dikalangan wanita usia remaja yang masih berstatus remaja tercatat sekitar 100 orang dari 600 orang wanita yang terlibat praktek prostitusi. Suatu hari “S” tersadar bahwa dirinya terlambat haid dan setelah dites ternyata hasilnya positif. “S”  bingung, cemas, gelisah tidak tahu bagaimana mengatasinya. Atas saran dari temannya , “S” mengakhiri kehamilannya dengan cara menggugurkan kandungan (aborsi).
Para ciblek di Yogyakarta memiliki beberapa tempat mangkal. Mereka bisa ditemukan di sebuah mal di kawasan Malioboro, di Jl Perwakilan atau di kawasan Senisono. Para remaja yang biasa nongkrong di tempat tersebut rata-rata ciblek. Antara pelajar dan mahasiswi, punya kelompok sendiri-sendiri, sehingga tidak saling mengusik. Untuk mendekati mereka, sebenarnya tidak terlalu gampang, meski tidak sulit. Para ciblek ini biasanya lebih suka diajak berkenalan, makan-makan baru kemudian transaksi. Khusus di kawasan mal, para ciblek bisa ditemukan di kedai makanan atau di dekat WC umum. Sedangkan di kedai kopi yang ada di kawasan itu ditemukan hombreng atau gay yang juga dari kalangan remaja. Sedangkan di Senisono, kebanyakan adalah ciblek yang berbaur dengan anak-anak jalanan. Kawasan lainnya yang mulai marak dengan pelacuran anak-anak adalah Alun-alun Selatan.
Hunting Area.
1. Malioboro Mall lt. 3. sebelum jam 10 malem, terutama kalo malem minggu, harga 200-an.
2. Galeria Mall. Seharga 200-an bisa juga didapet di Galeria Mall sebelum jam 10 malem, terutama kalo malem minggu.
3. Diskotik Papilon (dekat hotel melia purosani), tarif 100-200 ribu  short, 200-400 ribu long. Diskotik Yogya-yogya (jl Magelang) diatas jam 10 malam, ABGnya paling lumayan. tarif sama dengan daerah galeria Mall.

BAB III TINJAUAN TEORITIS
DEFINISI
Menurut Sarwono (2003) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatanpernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan Sunden (1999) perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pra nikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).
Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan , petting, oral seks dan bersenggama ( seksual intercouse). Perilaku seks pra nikah pada remaja ini akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryaputro (2003-2004) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seksual remaja adalah :
1.      Faktor internal
Terdiri dari pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku,kerentanan yang dirasakan terhadap resiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktivitas sosial, rasa percaya diri, usia , agama, dan status perkawinan.
2.      Faktor Eksternal
Teridiri dari kontak dengan sumber – sumber informasi, keluarga,lingkungan , sosial budaya,nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu ( Suryoputro, et.al. 2006)

Faktor – faktor terjadinya perilaku seks bebas Menurut sumber lain meliputi :

1.      Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas
2.      Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara dengan kuantitas pengetahuan perilaku seks pada lingkungan sosial dan pertemanan
3.      Kekosongan aktivitas – aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan sehari-hari
4.      Sensifitas penyerapan  dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relatif tinggi
5.      Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga sosial yang berwenang
6.      Rendahnya kepedulian dan kontrol sosial masyarakat
7.      Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
8.      Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko berbagai penyakit berbahaya
9.      Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks
10.  Kesepian, terpisah dengan pasangan terlalu lama atau karena keinginan untuk menikmti sensasi seks diluar rutinitas rumah tangga
11.  Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks

DAMPAK PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA

Perilaku seks pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja diantaranya sebagai berikut :
a.      Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa
b.      Dampak fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi
c.       Dampak sosial
Dampak sosial dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya dikucilkan, putus sekolah pada perempuan hamil, perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
d.      Dampak fisik
Dampak fisik dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja dengan frekwensi penderita penyakit menular seksual yang tertinggi antara usia 15 – 24 tahun. Infeksi menular seksual ini, dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis dan HIV/AIDS



UPAYA PENANGGULANGAN SEKS DIKALANGAN REMAJA
Seks yang terjadi dikalangan remaja sudah sangat meresahkan kita semua. Perilaku seks ini dapat dicegah melalui keluarga, sehendaknya orang tua lebih memperhatikan anak-anaknya apalagi anak yang baru beranjak dewasa, dan memberi pengertian pada anak tentang apa itu seks dan akibatnya jika seks itu dilakukan. Seks itu juga dapat dicegah melalui keinginan diri sendiri, remaja harus lebih sering memikirkan akibat sebelum berbuat paling tidak remaja lebih meningkatkan lagi iman dan lebih meningkatkan keimanan pada Tuhan. Pemerintah juga sangat berperan dalam usaha penanggulangan seks dikalangan remaja seperti mengadakan penyuluhan disekolah dan membuat Undang-Undang Khusus bagi anak-anak yang melakukan pelanggaran akan berfikir lagi sebelum berbuat pelanggaran.

BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus diatas dapat dilihat bahwa perilaku remaja “ S ” sudah sangat mengkhawatirkan , karena diusia yang masih relatif muda ia sudah tidak perawan lagi dan justru menjadi salah satu dari sekian banyak CIBLEK yang ada dikota yogja. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup “ S  yang sudah terbiasa dengan gaya hidup glamour. Menurut teori ada beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang sehingga menjadi PSK yaitu :

1.    Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas
2.    Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas setara dengan kuantitas pengetahuan perilaku seks pada lingkungan sosial dan pertemanan
3.    Kekosongan aktivitas – aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan sehari-hari
4.    Sensifitas penyerapan  dan penghayatan terhadap struktur pergaulan dan seks bebas relatif tinggi
5.    Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh masyarakat dan lembaga sosial yang berwenang
6.    Rendahnya kepedulian dan kontrol sosial masyarakat
7.    Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan
8.    Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko berbagai penyakit berbahaya
9.    Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks
10.     Kesepian, terpisah dengan pasangan terlalu lama atau karena keinginan untuk menikmti sensasi seks diluar rutinitas rumah tangga
11.     Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks
“S” merupakan satu dari sekian banyak remaja dikota jogjakarta yang harus menempuh cara yang menyimpang dari norma. Apabila kita tinjau lebih dalam, hal ini bukan semata-mata kesalahan “S” akan tetapi merupakan suatu kompleksitas dari berbagai penyebab.Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryaputro (2003-2004) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi seksual remaja adalah :
1.      Faktor internal
Terdiri dari pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku,kerentanan yang dirasakan terhadap resiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktivitas sosial, rasa percaya diri, usia , agama, dan status perkawinan.
2.      Faktor Eksternal
Teridiri dari kontak dengan sumber – sumber informasi, keluarga,lingkungan , sosial budaya,nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu ( Suryoputro, et.al. 2006)
Dari referensi diatas, “S”  bertindak demikian  kemungkinan dari faktor internal karena d “S” tidak pernah mendapatkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja yang benar kecuali dari situs-situs yang dia buka sendiri lewat internet. Belum lagi tuntutan gaya hidup yang terbiasa glamour, karena suatu situasi dimana status sosial ekonomi keluarga mengalami penurunan , sementara “S” terbiasa hidup serba “wah” harus beralih ke kehidupan yang serba kekurangan. “S” tidak siap dalam menghadapi keadaan seperti itu sehingga dia berupaya untuk tetap bisa mempertahankan gaya hidupnya tersebut dengan menghalalkan segala cara. Karena ia berada didalam suatu lingkungan yang tidak jauh dengan” esek-esek “ ini, maka mencobalah ia untuk masuk ke “lembah hitam “ tersebut. Semakin hari ,“S” semakin menikmati hasil  “kerja”nya, yang pada akhirnya bukan hanya status sosial ekonominya yang tidak berubah malah mengalami peningkatan. sementara itu faktor pengaruh gaya seks bebas yang “S”  terima jauh lebih kuat daripada kontrol yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaan, disamping itu kontrol pihak orang tua yang kurang sehingga “S” mencari kompensasi diri dengan cara seperti ini.


KESIMPULAN
1.      Perilaku remaja sangat diperngaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkesinambungan sehingga untuk mengatasinya membutuhkan kerjasama, baik yang dilakukan oleh keluarga maupun lingkungan diluar keluarga.
2.      Bidan sangat berperan dalam melakukan pembinaan kesehatan reproduksi remaja yang dapat diberikan melalui pendidikan formal maupun non formal secara kontinue dengan metode dan media yang menarik.
3.      Penanganan terhadap kasus yang ada melibatkan seluruh komponen yang ada sehingga merupakan suatu rantai yang saling mendukung untuk suatu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

1 komentar: