Minggu, 20 Maret 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI PAUD PERMATA BUNDA KELURAHAN BINUANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG TAHUN 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Upaya pembangunan manusia seutuhnya harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak manusia itu masih berada dalam kandungan dan semasa balita (Depkes RI, 1994).
Upaya pembinaan kesejahteraan anak pada dasawarsa Anak Indonesia ke dua tahun 1996 – 2006 diarahkan pada pembinaan kelangsungan hidup, perkembangan, perlindungan dan partisipasi anak, dengan penekanan pada upaya pembinaan perkembangan anak (Depkes RI, 1998).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita karena itu pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan pekembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar kepribadian juga dibentuk pada masa itu, sehingga setiap kelainan penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari (Soetjiningsih, 1995).
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada masa kritis yaitu masa balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung secara optimal. Sesuai dengan umur anak, melakukan deteksi dini. Penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Beberapa gangguan yang sering ditemukan dalam perkembangan anak antara lain gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy, down syndrome, gangguan autisme, retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (Depkes RI, 2006).
Menurut Depkes RI, 2006 bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (http://www.depkes.co.id).
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti genetik, faktor lingkungan baik lingkungan prenatal maupun lingkungan postnatal. Dimana faktor yang paling berperan adalah faktor lingkungan terutama keluarga, karena keluarga adalah lingkungan pertama kali dikenal anak terutama ibu. Pengetahuan, sikap serta kemampuan ibu untuk bertindak dalam masa kritis perkembangan anak menjadi faktor yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak (Depkes RI, 1998).
Selain itu pendidikan formal yang diterima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk memahami sesuatu, juga mempengaruhi sikap dan tindakan dalam suatu kegiatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi kemampuan untuk menyerap, menerima informasi sehingga pengetahuan dan wawasan luas.
Menurut Penelitian Paradis dan rekan-rekan yang melakukan survey terhadap orang tua 98,6% dari mereka adalah ibu dari 10.000 balita. Para orang tua ditanyai 11 pertanyaan untuk menguji pengetahuan mereka tentang pekembangan balita, hasilnya sepertiga dari responden menjawab secara tidak benar empat atau lebih pertanyaan, atau dengan kata lain sepertiga orang tua yang memiliki Balita ternyata mempunyai sedikit pengetahuan tentang perkembangan.
Status pekerjaan orang tua juga memberikan dampak terhadap perkembangan balita, hal ini berhubungan dengan kesempatan orang tua dalam memberikan stimulasi terhadap perkembangan balita, ibu yang bekerja mengurangi kesempatannya untuk memberikan stimulasi terhadap perkembangan balita, begitu juga sebaliknya dengan ibu yang tidak bekerja memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk bersama balitanya.
Ditinjau dari faktor balita, status gizi balita merupakan poin penting yang mempengaruhi perkembangannya. Menurut dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Pada masa balita otak seorang anak akan berkembang dengan sangat pesat yang nantinya akan mempengaruhi kecerdasan anak tersebut. Perkembangan kecerdasan, kreativitas dan perilaku akan tergantung dari kualitas fungsi otak, sementara kualitas fungsi otak sendiri tergantung oleh banyaknya sel otak, banyaknya percabangan sel otak, kualitas dan kuantitas sinaps dan kualitas mielinisasi. Agar perkembangan otak dapat berjalan secara optimal diperlukan asupan nutrisi yang berkualitas.
Berdasarkan profil kesehatan Kota padang tahun 2007, cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita rata-rata masih rendah termasuk Puskesmas Pauh yaitu 3,86% sementara target deteksi dini tumbuh kembang adalah 70%.
Puskesmas Pauh mempunyai wilayah kerja 9 kelurahan dengan jumlah posyandu 70 buah. Dari 9 kelurahan tersebut, Binuang merupakan Kelurahan yang cakupan DDTK terendah yaitu 1,6%. Kelurahan Binuang mempunyai 8 buah posyandu dengan jumlah anak balita 438 orang, Kelurahan Binuang juga mempunyai 1 buah TK dan 1 buah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Hasil survey awal di Puskesmas Pauh pada 12 orang anak, didapatkan gambaran ibu berpengetahuan rendah tentang perkembangan anak balita ada 66,6% sedangkan ibu yang berpengetahuan tinggi tentang perkembangan anak balita ada 33,3%. Tingkat pendidikan ibu yang rendah ada 7 orang (58,3%) sedangkan tingkat pendidikan ibu yang tinggi ada 5 orang (41,7 %). Pada wawancara dan pengamatan langsung pada anak balita didapatkan pada sektor personal sosial terdapat 5 orang anak yang belum lulus mengerjakan tugas perkembangan (41,6%), sektor motorik halus terdapat 25%, sektor bahasa ada 25% dan pada motorik kasar terdapat keterlambatan 33,3%. Dari survey tersebut 25% didapatkan perkembangan anak yang abnormal dan 75% perkembangan anak yang normal.
Sebagai calon generasi penerus bangsa, maka kualitas tumbuh kembang balita perlu mendapat perhatian serius, diantaranya dengan cara deteksi dan intervensi dari penyimpangan tumbuh kembang anak. Berangkat dari masalah di atas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak balita, karena ibu merupakan orang yang terdekat dan berperan penting dalam perkembangan anak balita.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan Perkembangan Anak Balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh tahun 2009”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu tentang perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
d. Diketahuinya distribusi frekuensi Status gizi anak balita di Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
e. Diketahuinya distribusi frekuensi perkembangan anak balita di Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
f. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
g. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
h. Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.
i. Diketahuinya hubungan status gizi anak balita dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Taufik (2007), dalam info Mas Hendra’s Weblog (2008). Pengetahuan merupakan penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan lain sebagainya).
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Lukman dalam Info Mas Hendra’s Weblog (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseoarang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secapat seperti ketika berumur belasan tahun.
b. Intelegensia
Intelegensia diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.
d. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.
f. Informasi
Menurut Wied Hary A (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan suatu pengetahuan.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :


a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yeng telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dan subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pada penelitian ini tingkat pengetahuan yang diukur hanya pada tingkat tahu dan memahami saja.

B. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).
1. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. Menurut ensiklopedia pendidikan dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan, jenjang pendidikan tersebut adalah: Pendidikan anak usia dini, Pendidikan dasar, Pendidikan menengah, Pendidikan tinggi.
2. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut ensiklopedia pendidikan dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan, jalur pendidikan terdiri dari: pendidikan formal, pendidikan non formal.
3. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Menurut ensiklopedia pendidikan dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan, jenis pendidikan dibagi dalam: pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan akademik, pendidikan profesi, pendidikan vokasi, pendidikan kegamaan, pendidikan khusus.
Menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), pendidikan formal yang diterima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk memahami sesuatu dan juga mempengaruhi sikap dan tindakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula kemampuan untuk menyerap dan menerima informasi sehingga pengetahuan dan wawasan lebih luas dan akan mempengaruhi pula perilaku seseorang yang dapat dilihat dari sikapnya. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu, juga mempengaruhi sikap dan tindakan dalam melaksanakan kegiatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin besar kemampuannya untuk menyerap dan menerima informasi sehingga pengetahuan dan wawasan lebih luas.

C. Pekerjaan
Pekerjaan adalah tugas yang dilakukan setiap hari, dimana tugas yang dilakukan juga dijadikan sebagai penghidupan untuk mendapatkan nafkah. Adapun pekerjaan di luar rumah banyak memakan waktu sehinga memberikan pengaruh terhadap peran ibu sebagai orang tua (King, 1992)
Hegel (1770 – 1831) dalam buku Anoraga (2001). Menyatakan ibu bekerja adalah ibu yang melakukan pekerjaan di luar rumah lebih dari 6 jam sehari dengan menerima imbalan jasa, sedang ibu yang tidak bekerja adalah ibu yang bekerja di rumah sendiri tanpa menerima imbalan jasa.

D. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi ekspresi dari keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tetentu, contoh: gondok endemic merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa dkk, 2002:18).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004:3).
2. Pengaruh Status Gizi
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Akibat gangguan gizi antara lain :
a. Status Gizi lebih, terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif, diantaranya hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit diabetes dan jantung koroner.
b. Status gizi kurang, terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada proses-proses, yaitu:
1) Pertumbuhan anak tidak tumbuh menurut potensialnya, seperti otot menjadi lembek dan rambut rontok.
2) Tenaga, kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang menjadi malas, merasa lemah dan produktifitas kerja menurun.
3) Pertahanan tubuh, sistem imunitas dan anti bodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi sepeti: batuk, diare dan pilek. Pada anak-anak hal ini bisa menyebabkan kematian.
4) Struktur dan fungsi otak, kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, kemampuan berfikir. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5) Perilaku, kurang gizi anak-anak maupun dewasa, perilakunya tidak tenang, mudah tersinggung, cengeng dan apatis.
(Almatsier, 2004).
c. Status gizi buruk, menurut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI, 2005) terjadi bila tubuh kekurangan zat-zat gizi yang berlangsung lama sehingga terjadi gizi buruk. Gejala klinis gizi buruk pada balita sangat kurus dan atau oedema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (Depkes, 2006).

E. Penilaian Status Gizi
1. Cara Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi 4 penilaian yaitu:
a. Antropometri
b. Klinis
c. Biokimia
d. Biofisik
a. Antropometri
1). Pengertian
Antropometri berasal dari kata Anthropos dan Metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah ukuran tubuh, pengertian ini bersifat umum sekali.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporti jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Antropometri gizi adalah yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2). Keunggulan Antropometri
a). Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.
b). Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri.
c). Kader gizi (Posyandu) tidak perlu seorang ahli tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksanakan kegiatan secara utuh.
d). Alatnya murah, mudah dibawah, tahan lama dan dapat dibuat di daerah setempat.
e). Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi seseorang, kurang dan gizi buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas.
f). Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
g). Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.
3). Parameter dan Indeks Antropometri
a). Parameter Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain: umur, berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar panggul, beberapa paramater dibawah ini:
(1). Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
(2). Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropomteri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir.
(3). Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang. Jika umur tidak diketahui dengan tepat disamping itu tinggi badan merupakan ukuran ke-2 yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.
b). Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks telah diperkenalkan yang sering digunakan yaitu:
(1). Berat badan menurut umur (BB/U)
(2). Tinggi badan menurut umur (TB/U)
(3). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut refference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization-National Center For Health Statistic (WHO-NCHS). Depkes dalam Pemantauan Status Gizi Anak Balita Tahun 1999 menggunakan baku rujukan WHO-NCHS. Pada lokakarya antropometri tahun 1975 telah dikenalkan baku Harvard. Berdasarkan semiloka antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS (Supariasa dkk, 2002:73).
Menentukan klasifikasi status gizi diperlukan batasan-batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan ini disetiap Negara relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi Negara tersebut, berdasarkan penelitian empiris dan keadaan klinis (Supariasa dkk, 2002:73).
Tabel 2.1
Klasifikasi Status Gizi Balita

No. Indeks Status Gizi Ambang Batas
1. Berat badan menurut umur (BB/U) Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Gizi lebih > - 2 SD sampai + 2 SD
< - 2 SD sampai > - 3 SD
< - 3 SD > + SD
2. Tinggi badan menurut umur (TB/U) Normal
Pendek > - 2 SD
> - 3 SD sampai < - 2 SD 3. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Normal Kurus Kurus sekali Gemuk > - 2 SD sampai + 2 SD
> - 3 SD sampai < - 2 SD < - 3 SD > + 2 SD
(Sumber: Depkes RI, 2005) Ket: SD = Standar Deviasi
Pengukuran standar gizi balita yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), status gizi-gizi balita akan tergambar dari KMS, status gizi dikatakan baik apabila berat badan berada pada garis hijau, status gizi kurang apabila berada pada garis kuning, status gizi buruk apabila berada dibawah garis merah dan gizi lebih apabila berat badan berada diatas garis hijau. Balita harus ditimbang setiap bulan agar status gizi balita terpantau dengan baik.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 penilaian yaitu:
a. Survey Konsumsi
b. Statistik Vital
c. Faktor Ekologi

F. Perkembangan (Development)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1995).
Menurut Depkes (2006), perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
1. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
Menurut Soetjiningsih (1995), tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontiniu sejak dari konsepsi sampai dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
b. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ terdapat 3 perode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun dan masa pubertas
c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara satu anak dengan yang lainnya
d. Perkembangan erat hubungannnya dengan maturasi sistem susunan syaraf
e. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas
f. Arah perkembangan anak adalah sepalokaudal, langkah pertama sebelum berjalan adalah perkembangan menegakkan kepala
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut depkes (2006), faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor dalam (internal)
1) Ras/ etnik atau bangsa
Anak dilahirkan dari ras Amerika, maka ia tidak memiliki faktor hereditas ras/ bangsa Indonesia
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa perinatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki, tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
6) Kelainan kromososm
Kelainana kromososm umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan.
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor prenatal
Faktor prenatal yang mempengaruhi adalah: gizi, mekanis, toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, psikologi ibu.
2) Fakor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor pasca persalinan
Faktor pasca persalinan yang mempengaruhi adalah: gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal, lingkungan fisik/ kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengetahuan, stimulasi, perkembangan memerlukan rangsangan/ stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

3. Beberapa Gangguan Tumbuh Kembang yang Sering Ditemukan
Dalam Depkes RI (2006) terdapat gangguan tumbuh kembang anak antara lain yaitu:
a. Gangguan bicara dan bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
b. Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan ganguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/ belum selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan terbatas yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebihan. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung congenital. Hipotonia yang berat masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.

d. Ganguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Ganguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
e. Retardasi mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. f. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) Merupakan ganguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktifitas. 4. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Menurut Depkes (2006) stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 - 6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu menapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/ pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampaun gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang b. Selalu ditunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak f. Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan h. Anak selalu diberi pujian bila perlu diberi hadiah bila berhasil 5. Test Skrining Perkembangan Menurut Denver Denver Developmnet Screening Test (DDST) adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan anak, test ini bukanlah test diagnostic atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Test ini mudah dan cepat dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89 % dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5 – 6 tahun kemudian (Soetjiningsih, 1995). a. Aspek perkembangan yang dinilai Menurut Soetjiningsih (1995), terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25 – 30 tugas. Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi: 1). Personal Social (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 2). Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. 3). Languange (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. 4). Gross motor (gerakan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horizontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. b. Alat yang digunakan 1). Alat peraga: benang wol merah, manik-manik, kubus 2). Lembar formulir DDST 3). Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan dan cara penilaiannnya c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1). Tahap pertama Secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: a). 3-6 bulan b). 9-12 bulan c). 13-24 bulan d). 3 tahun e). 4 tahun f). 5 tahun 2). Tahap kedua Dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap. d. Penilaian Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (passed = P), gagal (fail = F) ataukah anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (no opportunity = NO) e. Cara pemeriksaan DDST II 1). Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan diperiksa, gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan. 2). Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah. Jika sama atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas. 3). Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak disebelah kiri garis, pada umumnya telah dapat dikerjakan. Apabila gagal mengerjakan tugas-tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan. Bila tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong pada garis vertikal umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat lagi. 4). Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat kode R maka tugas-tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan di tes sesuai petunjuk dibaliknya. 5). Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan sebagai berikut: a). Abnormal (1). Bila terdapat 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih. (2). Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dan garis vertikal. b). Normal Bila bayi bisa mengerjakan tugas perkembangan sesuai dengan usianya. f. Tugas perkembangan menurut Denver Berdasarkan formulir DDST terdapat tugas perkembangan anak balita yang dibagi dalam 4 sektor, yaitu: 1). Personal sosial a). Bermain tanah liat/ lilin b). Bermain bola dengan sipemeriksa c). Menanyakan maksud dengan tangan tanpa menyanya d). Minum dari gelas e). Meniru pekerjaan rumah f). Menggunakan sendok tanpa banyak tumpah g). Membuka baju h). Dapat membantu pekerjaan sederhana i). Memakai baju j). Mencuci dan menyeka tangan dengan lap k). Bermain dengan anak lain l). Mudah dipisahkan dari ibu m). Memakai baju dengan pengawasan n). Mengancing baju o). Memakai baju tanpa bantuan 2). Motorik halus a). Membenturkan 2 kubus yang dipegang b). Memegang dengan jempol dan telunjuk c). Mencoret sendiri d). Memuat menara dari 2 kubus e). Mengeluarkan manik-manik dari botol dengan contoh f). Mengeluarkan manik-manik dan botol sendiri g). Menara dari 4 kubus h). Meniru garis vertikal dalam batas 30% i). Mengikuti membuat O j). Meniru jembatan k). Membedakan garis lebih panjnag ( 3 dari 4 atau 5 dari 6) l). Mengikuti membuat + m). Menggambar orang dengan 3 bagian n). Meniru segi empat o). Mengikuti membuat segi empat p). Mengambar orang dengan 6 bagian 3). Bahasa a). Papa/ mama berpengertian b). Kata selain mama papa c). Menggabung 2 kata berlainan d). Menyebut satu bagian tubuh e). Menyebut 1 gambar f). Mengikuti perintah 2 dari 3 g). Memakai kata majemeuk h). Menyebut nama dan nama keluarga i). Mengerti rasa dingin, capai, lapar atau 2 dari 3 j). Dapat memekai kata depan atau 3 dari 4 k). Mengenal warna atau 3 dari 4 l). Mengetahu lawan atau 2 dari 3 m). Mengartikan kata-kata atau 6 dari 9 n). Mengarang atau 3 dari 3 4). Motorik kasar a). Merambat b). Berdiri sebentar c). Berdiri sendiri dengan baik d). Bungkuk dan bangun e). Berjalan baik f). Berjalan mundur g). Naik tangga h). Menendang bola ke depan i). Melempar bola j). Berdiri 1 kaki selama 1 detik k). Lompat ditempat l). Naik sepeda roda 3 m). Lompatan lebar n). Berdiri pada kaki selama 5 detik o). Berdiri pada 1 kaki selama 10 detik p). Lompat pada kaki q). Menangkap bola 2 dari 3 r). Berjalan pada tumit, jari kaki s). Berjalan mundur pada tumit jari kaki G. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu sebagai variabel independen dan perkembangan anak balita sebagai variabel dependen. Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Anak Balita di Kelurahan Binuang Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2009 H. Defenisi Operasional Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Anak balita di kelurahan Binuang Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2009 No Variabel Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skal Ukur 1 Tingkat Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui ibu tentnag perkembangan anak balita Dengan mengisi kuisioner yang telah disediakan Kuisioner Rendah < mean Tinggi ≥ mean Nominal 2 Tingkat pendidikan Jalur pendidikan formal yang telah diikuti ibu dan mempunyai ijazah Wawanacara Kuisioner Rendah < SLTA Tinggi ≥ SLTA Nominal 3 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan ibu dengan meninggalkan rumah lebih dari 6 jam Wawancara Kuisioner Tidak Bekerja : jika ibu rumah tangga(dalam keseharian ibu hanya dirumah) Bekerja: jika ibu PNS, petani, pedagang, swasta dan lain-lain(meninggalkan rumah > 6 Jam) Nominal
4



Status gizi Balita Keadaan gizi balita dilihat melalui perbandingan berat badan perumur. Menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, menanyakan jenis kelamin dan menanyakan tanggal lahir balita. Timbangan BB, pengukur tinggi bada. Gizi lebih : (<-2 SD) Gizi Buruk : (<-3,00 SD) Gizi Kurang : (-3,00 SD s/d -2,00 SD) Gizi Baik : (-2,00 SD s/d + 2,00 SD 5 Perkembangan Anak Balita Ketermapilan atau kemampuan yang bisa dikerjakan sesuai dengan tugas perkembangan menurut usia anak balita Wawancara Observasi Formulir DDST Abnormal : Tidak sesuai dengan DDST Normal : Sesuai dengan DDST Nominal I. Hipotesis Ha = 1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dan perkembangan anak balita 2 : Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak balita 3 : Ada hubungan pekerjaan ibu dengan perkembangan anak balita 4 : Ada hubungan status gizi balita dengan perkembangan anak balita BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional dimana variabel independen dan variabel dependen diteliti secara bersamaan pada waktu yang sama yaitu tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status gizi anak balita dan perkembangan anak balita. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian dilakukan di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang waktu penelitia pada tanggal 15 s/d 29 Juni 2009. C. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian adalah ibu dan anak balita yang ada di di Puskesmas Pauh Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang yang berjumlah 40 orang dengan kriteria: 1. Ibu dan anak di PAUD Permata Bunda 2. Bersedia jadi responden D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuisioner oleh responden meliputi data tentang tingkat pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu dan pekerjaan ibu serta observasi langsung meliputi tinggi badan anak balita, berat badan anak balita dan perkembangan balita dengan menggunakan DDST. 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Pauh Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang. E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data a. Pemeriksaan data (editing) Memeriksa kembali apakah kuisioner tentang pengetahuan telah diisi oleh responden dan hasil wawancara tentang tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu telah diisi dengan lengkap. Memeriksa apakah semua anak balita sudah ditimbang dan diukur tinggi badannya dan telah dimasukkan kedalam format pengumpulan data. b. Pemberian kode (coding) Memberikan kode pada format pengumpulan data yaitu: 1). Pengetahuan: untuk jawaban yang benar diberi kode 1 dan jawaban yang salah diberi kode 0 2). Tingkat Pendidikan: Untuk tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SMP diberi kode 1 dan untuk tamat SMA/ Akademi/ Perguruan Tinggi diberi kode 2 3). Pekerjaan: untuk ibu PNS, petani, pedagang, swasta dan lain- lain (meninggalkan rumah lebih dari 6 jam) diberi kode 2 dan untuk apabila ibu rumah tangga (dalam keseharian ibu hanya dirumah) diberi kode 1 4). Status Gizi: untuk status gizi diberikan kriteria sebagai berikut: a). Gizi Baik : (-2,00 SD s/d + 2,00 SD) b). Gizi Kurang : (-3,00 SD s/d -2,00 SD) c). Gizi Buruk : (<-3,00 SD) 5). Untuk variabel perkembangan anak balita dikategorikan: Normal : Apabila Sesuai dengan (Denver Developmnet Screening Test) DDST Abnormal : Apabila tidak sesuai dengan (Denver Developmnet Screening Test) DDST c. Pemindahan data (entry) Memasukan data kedalam master tabel. d. Pembersihan data (cleaning) Setelah data dimasukkan kedalam master tabel, data diperiksa kembali sehingga benar-benar bebas dari kesalahan. F. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel yang diteliti yaitu pengetahuan, tingkat pendidikan dan perkembangan anak balita, kemudian dikategorikan dengan menggunakan rumus Keterangan : P = persentase f = frekuensi n = jumlah sampel 100% = ketetapan 1 konstan Untuk variabel pengetahuan terlebih dahulu dicari rata-rata (mean) dengan rumus : Keterangan : = mean / rata-rata = jumlah/ total f = frekuensi x = nilai responden n = jumlah sampel Dari hasil rata-rata, maka tingkat pengetahuan diketahui: Tinggi jika ≥ mean Rendah jika < mean Untuk variabel pendidikan dikategorikan: Tinggi jika ≥ SLTA Rendah jika < SLTA Untuk variabel pekerjaan dikategorikan: Bekerja : apabila ibu PNS, petani, pedagang, swasta dan lain-lain (meninggalkan rumah lebih dari 6 jam) Tidak Bekerja : apabila ibu rumah tangga(dalam keseharian ibu hanya dirumah) Untuk Variabel status gizi : Gizi Baik : (-2,00 SD s/d + 2,00 SD Gizi Kurang : (-3,00 SD s/d -2,00 SD) Gizi Buruk : (<-3,00 SD) Gizi lebih : (<-2 SD) Untuk variabel perkembangan anak balita dikategorikan : Normal : apabila sesuai dengan (Denver Developmnet Screening Test) DDST Abnormal : apabila tidak sesuai dengan (Denver Developmnet Screening Test) DDST 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel dengan uji ststistik Chi-Square melalui program komputer. Uji statistik ini melihat apakah terdapat hubungan antara variabel dependent dengan varibael independent pada derajat kemaknaan 0,05 dengan rumus: Keterangan : X² = Chi-Square Σ = jumlah/ total O = nilai yang diamati E = nilai yang diharapkan Hasil analisa dinyatakan bermakna apabila nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan kriteria: Ha diterima jika nilai p < 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna Ha ditolak jika nilai p ≥ 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh dari pengisian kuisioner responden dan observasi lapangan pada anak balita yang dilakukan mulai dari 15 s/d 29 Juni 2009 diolah dan dianalisa. Analisa dilakukan secara univariat dalam bentuk distribusi frekuensi pada masing-masing variabel. Analisa bivariat dilakukan dengan uji statistik antara variabel independen dengan variabel dependen dengan uji chi-square. 1. Analisa Univariat a. Distribusi frekuensi Pengetahuan Ibu di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Pengetahuan Ibu f % 1. Rendah 19 47,5 2. Tinggi 21 52,5 JUMLAH 40 100 Tabel 4.1 dmenunjukkan bahwa 47,5 % responden berpengetahuan rendah. b. Distribusi frekuensi Pendidikan Ibu di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Pendidikan Ibu f % 1. Rendah 17 42,5 2. Tinggi 23 57,5 JUMLAH 40 100 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 42,5 % responden berpendidikan berpendidikan rendah. c. Distribusi frekuensi Pendidikan Ibu di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Pekerjaan Ibu f % 1. Tidak Bekerja 28 70 2. Bekerja 12 30 JUMLAH 40 100 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 70 % responden tidak bekerja d. Distribusi frekuensi status gizi anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan status gizi anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Status Gizi Anak Balita f % 1. Gizi buruk 2 5 2. Gizi kurang 11 27,5 3. Gizi baik 27 67,5 JUMLAH 40 100 Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa 5 % responden dengan status gizi buruk dan 27,5 % responden dengan status gizi kurang. e. Distribusi frekuensi berdasarkan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Perkembangan Anak Balita f % 1. Abnormal 10 25 2. Normal 30 75 JUMLAH 40 100 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 25 % responden dengan perkembangan Abnormal. 2. Analisa Bivariat a. Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan perkembangan anak balita. Tabel 4.6 Hubugan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Tingkat pengetahuan Perkembangan anak balita Total Abnormal Normal f % f % f % 1. Rendah 8 42,1 11 57,9 19 100 2. Tinggi 2 9,5 19 90,5 21 100 JUMLAH 10 25 30 75 40 100 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 19 ibu berpengetahuan rendah 42,1 % dengan perkembangan balita abnormal dan dari 21 ibu berpendidikan tinggi 90,5 % dengan perkembangan balita normal. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan ibu dengan perkembangan anak balita dimana nilai p value = 0,044 berarti Ha diterima. b. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak balita Tabel 4.7 Hubugan Tingkat Pendidikan Ibu dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Tingkat pendidikan Perkembangan anak balita Total Abnormal Normal f % f % f % 1. Rendah 7 41,2 10 58,8 17 100 2. Tinggi 3 13 20 87 23 100 JUMLAH 10 25 30 75 40 100 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 17 ibu berpendidikan rendah 41,2 % dengan perkembangan balita abnormal dan dari 23 ibu berpendidikan tinggi 87 % dengan perkembangan balita abnormal. Hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak balita dimana nilai p value = 0,097 berarti Ha ditolak. c. Hubungan pekerjaan ibu dengan perkembangan anak balita Tabel 4.8 Hubugan Pekerjaan Ibu dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Pekerjaan Ibu Perkembangan anak balita Total Abnormal Normal f % f % f % 1. Tidak Bekerja 10 35,7 18 64,3 28 100 2. Bekerja - - 12 100 12 100 JUMLAH 10 25 30 75 40 100 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 28 ibu yang tidak bekerja 35,7 % dengan perkembangan abnormal dan dari 12 ibu yang bekerja 100 % balita dengan perkembangan normal. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna pekerjaan ibu dengan perkembangan anak balita dimana nilai p value = 0,046 berarti Ha diterima. d. Hubungan status gizi anak balita dengan perkembangan anak balita Tabel 4.9 Hubugan Status Gizi dengan perkembangan anak balita di PAUD Permata Bunda Kelurahan Binuang Kecamatan Pauh Kota Padang Tahun 2009 No. Status Gizi Perkembangan anak balita Total Abnormal Normal f % f % f % 1. Gizi buruk 1 50 1 50 2 100 2. Gizi kurang 2 18,2 9 81,8 11 100 3. Gizi baik 7 26,9 20 74,1 27 100 JUMLAH 10 25 30 75 40 100 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 2 balita dengan status gizi buruk 50 % balita dengan perkembangan abnormal, dari 11 balita dengan status gizi kurang 18,2 % dengan perkembangan abnormal dan dari 27 balita dengan status gizi baik 74,1 % dengan perkembangan normal. Hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi anak balita dengan perkembangan anak balita dimana nilai p value = 0,621 berarti Ha ditolak. B. Pembahasan 1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Perkembangan Anak Balita Dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan perkembangan anak balita dengan p value = 0,044 yang dapat dilihat pada tabel 4.6 dari 19 orang ibu yang berpengetahuan rendah mempunyai anak balita dengan perkembangan abnormal 8 orang (42,1%) dan perkembangan normal 11 orang (57,9%). Sedangkan dari 21 orang ibu yang berpengetahuan tinggi mempunyai anak balita dengan perkembangan abnormal 2 (9,5%) dan perkembangan yang normal 19 (90,5%). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kusnandi dalam Depkes RI, Pedoman Pelaksanaan DDTK (2006) bahwa perkembangan anak balita dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya lingkungan pengasuhan dimana dalam lingkungan pengasuhan ini pengetahuan ibu sangat berperan penting dalam perkembangan anak balita. Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan anak balita akan semakin baik pula perkembangan anak balita tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian The Hariweni, 2002 di dalam http://www.library.usu.ac.id menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan stimulasi pada pengasuhan anak di Tanjung Marawa Medan. Rendahnya tingkat pengetahuan ibu disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga mereka kurang mengetahui tahap-tahap perkembangan anak balita. Hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 30 pertanyaan yang diajukan hanya 27,5% diantaranya menjawab benar untuk pertanyaan sektor yang dipantau pada perkembangan anak dan 30% menjawab benar untuk pertanyaan tentang ciri-ciri perkembangan anak. 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Perkembangan Anak Balita Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 17 ibu yang berpendidikan rendah mempunyai anak balita dengan perkembangan abnormal 7 orang (41,2%) dan perkembangan normal 10 orang (58,8%). Dari 23 ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai anak balita dengan perkembangan abnormal 3 orang (13%) dan perkembangan normal 20 orang (87%). Hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan anak balita dimana nilai p value = 0,097. Pendidikan sebagaimana pengertiannya menurut Notoatmodjo, 2003 merupakan landasan bagi individu, kelompok atau masyarakat dalam menentukan pilihan-pilihan terbaik dalam hidup dan kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan intelektualnya. Menurut Kurt Lewin yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan formal yang diterima seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam memahami sesuatu dan juga mempengaruhi sikap dan tindakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin tinggi pula kemampuan untuk menyerap dan menerima informasi sehingga pengetahuan dan wawasan lebih luas. Dalam http://www.Lina’s_Site.multiply.com, terdapat teori bahwa para ibu adalah subjek utama dalam pengasuhan anak, dalam hal ini ibu yang memiliki anak balita hendaknya mendapatkan pendidikan maupun penyuluhan sehingga pengetahuan dan keterampilan ibu dalam mengasuh anak akan meningkat. Ayah adalah penanggungjawab keluarga yang mengantarkan anak untuk memasuki lingkungan sekitar yang ada. Sedangkan ibu sebagai tokoh utama dan pendidik pertama bagi anak-anak. Ibu yang berkualitas akan memberikan pendidikan bagi anak-anaknya sehingga akan mencetak generasi-generasi yang berkualitas pula. Selanjutnya peneliti berpendapat bahwa pendidikan ibu berhubungan erat dalam perkembangan anak, baik sejak anak dalam kandungan sampai pada tahapan-tahapan perkembangan anak selanjutnya. Ibu yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan lebih mudah menyerap informasi yang didapat sehingga dapat memantau atau memberikan rangsangan pada anak balita sesuai dengan tahap perkembangannya. 3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Perkembangan Anak Balita Pada tabel 4.8 dapat diketahui dari 28 orang ibu yang tidak bekerja mempunyai anak balita dengan perkembangan abnormal 10 orang (35,7%) dan perkembangan normal 18 orang (64,3%). Sedangkan dari 12 orang ibu yang bekerja mempunyai anak balita dengan perkembangan normal (100%). Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna pekerjaan ibu dengan perkembangan anak balita dimana nilai p value = 0,046. Salah satu dampak negatif yang dikhawatirkan timbul sebagai akibat dari keikutsertaan ibu pada kegiatan di luar rumah adalah, keterlambatan anak terutama anak balita, pengasuhan dan perkembangan anak sejak usia bayi sampai usia 5 tahun yang merupakan usia penting . 4. Hubungan Status Gizi Anak Balita dengan Perkembangan Anak Balita Pada tabel 4.9 dapat diketahui dari 2 orang anak bergizi buruk dengan perkembangan abnormal 1 orang (50%) dan perkembangan normal 1 orang (50%). Sedangkan dari 11 orang anak bergizi kurang dengan perkembangan abnormal 2 orang (18,2%) dan perkembangan normal 9 orang (81,8%) Sedangkan dari 27 orang anak bergizi baik dengan perkembangan abnormal 7 orang (26,9%) dan perkembangan normal 20 orang (74,1%). Hasil uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi anak balita dengan perkembangan anak balita dimana nilai p value = 0,621. Pentingnya intervensi gizi di usia awal dan hubungannya dengan kemampuan kognitif dalam jangka pendek dan jangka panjang sangat jelas. Program pengembangan anak usia dini dapat membantu menjaga dan memecahkan masalah kekurangan gizi melalui penyediaan makanan tambahan, memperkaya makanan yang banyak dikonsumsi anak usia dini dengan fortifikasi dan mendidik orang tua mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan gizi anak dengan menerapkan pedoman umum gizi seimbang Perkembangan otak bukan hanya ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan gizi makro dan gizi mikro saja tapi juga amat ditentukan oleh stimulasi psikososial sejak dari janin, sampai terutama anak berusia 6 tahun. Seperti halnya intervensi gizi, semakin awal stimulasi psikososial diberikan semakin baik hasil yang dicapai. Meskipun pentunjuk yang ada saat ini tidak koklusif tentang apakah pengaruh stimulasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak bersifat aditif dan interaktif, anak yang memperoleh kombinasi program intervensi gizi dan stimulasi psikososial mempunyai performans lebih baik dibandingkan mereka yang hanya menerima salah satunya saja. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah penelitian dan dilakukan uji statistik terhadap variabel-variabel yang diteliti maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Sebagian besar ibu berpengetahuan tinggi (52,5 %) 2. Sebagian besar ibu berpendidikan tinggi (57,5 %) 3. Sebagian besar ibu tidak bekerja (70 %) 4. Sebagian besar balita dengan status gizi baik (67, 5 %) 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan perkembangan balita p value = 0,044 ,  0,05 6. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan perkembangan balita p value 0,066 >  0,05
7. Terdapat hubungan yang bermana antara pekerjaan ibu dengan perkembangan balita p value 0,046 <  0,05 8. Tidak ada hubungan antara status gizi balita dengan perkembangan balita p value 0,621 >  0,05

B. Saran
1. Diharapkan pengelola/ guru PAUD Permata Bunda secara berkala dapat memberkan sosialisasi tentang tahap-tahap perkembangan dan stimulasi anak balita kepada ibu anak balita PAUD Permata Bunda.
2. Pengelola program terkait di Puskesmas Pauh diharapkan dapat meningkatkan pemantauan deteksi dini tumbuh kembang pada anak balita yang ada di wilayahnya.




(Riset Perkembangan Balita yang Optimal) by: Dewi Susanti:2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar