Minggu, 05 Februari 2012

Cardiotokografi


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksia janin dalam  rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksia janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur.
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir.


B.   Tujuan
1.   Mengetahui pengertian cardiotokografi
2.   Mengetahui indikasi dan kontra indikasi cardiotokografi
3.   Mengetahui persiapan dan pelaksanaan pemeriksaan cardiotokografi
4.   Mengetahui cara menginterpretasi hasil pemeriksaan cardiotokografi
5.   Mengetahui manfaat pemeriksaan cardiotokografi dalam kehamilan dan persalinan























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pengertian
Kardiotokografi menyajikan kesejahteraan janin
Kardio à denyut jantung
Toko à kontraksi uterus
Keduanya disajikan pada waktu yang bersamaan, denyut jantung terdapat dibagian atas catatan dan kontraksi dibawahnya
Cardiotokografi adalah suatu metoda elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam persalinan.
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
Cardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin untuk menilai kesejahteraanya (fetal-wellbeing).
Dalam Cardiotokografi terdapat 3 hal yang di catat :
1.      Denyut jantung janin
2.      Kontraksi Rahim
3.      Gerakan janin.
Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.


Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

B.      Indikasi

Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari :
1.   IBU
a)      Pre-eklampsia-eklampsia
b)      Ketuban pecah
c)      Diabetes mellitus
d)      Kehamilan > 40 minggu
e)      Vitium cordis
f)       Asthma bronkhiale
g)      Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h)      Infeksi TORCH
i)        Bekas SC
j)        Induksi atau akselerasi persalinan
k)      Persalinan preterm
l)        Hipotensi
m)   Perdarahan antepartum
n)      Ibu perokok
o)      Ibu berusia lanjut
p)      Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.


2.   JANIN
a)      Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b)      Gerakan janin berkurang
c)      Suspek lilitan tali pusat
d)      Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e)      Hidrops fetalis
f)       Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g)      Mekoneum dalam cairan ketuban
h)      Riwayat lahir mati
i)        Kehamilan ganda
j)        Dan lain-lain

C.      Syarat Pemeriksaan Cardiotokografi
1.      Usia kehamilan > 28 minggu.
2.      Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3.      Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4.      Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik.

D.     Kontra Indikasi Cardiotokografi
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun janin.

E.      Persiapan Pasien
1.      Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
2.      Kosongkan kandung kencing.
3.      Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
4.      Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
5.      Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punctum maksimum DJJ
6.      Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..
7.      Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
8.      Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman cardiotokografi.
9.      Hidupkan komputer dan Cardiotokograf.
10.  Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
11.  Lakukan pencetakkan hasil rekaman Cardiotokografi.
12.  Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
13.  Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.
14.  Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
15.  Berikan hasil rekaman cardiotokografi kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.






F.       Cara Melakukan
Persiapan tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
1.      Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2.      Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3.      Dipasang kardio dan tokodinamometer
4.      Frekuensi jantung janin dicatat
5.      Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6.      Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit
7.      Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8.      Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual.

G.     Cara Membaca
Pembacaan hasil :
1.   Reaktif, bila :
a.      Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit
b.      Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit
c.       Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit
d.      Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
e.      Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu
2.   Tidak reaktif, bila :
a.      Denyut jantung basal 120-160 kali per menit
b.      Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit
c.       Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d.      Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)

3.   Sinusoidal, bila :
a.      Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal
b.      Tidak ada gerakan janin
c.       Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

4.   Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
a.    Bradikardi
b.   Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.
Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan  1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion  hasil CTG yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).

5.   Saat persalinan….
a.    Hasil tekanan positif menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, hal ini mendorong untuk melakukan seksio sesarea.
b.   Gawat janin relatif cukup banyak (14,7%) dan terutama pada persalinan, sehingga memerlukan pengawasan dengan kardiotokografi
c.    Hal – hal yang diperhatikan untuk indikasi Seksio sesarea ,dilakukan bila terdapat :
1)   Deselarasi lambat berulang
2)   Variabilitas yang abnormal (< 5 dpm)        
3)   pewarnaan mekonium
4)   Gerakan janin yang abnormal (<5/20        menit )
5)   Kelainan obstetri (berat bayi >4000g, Kelainan posisi, partus > 18 jam)
























BAB III
PENUTUP

NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar