Jumat, 24 Desember 2010

FILSAFAT ILMU


1.         Landasan Ilmu Pada Zaman Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena terjadi perubahan pola pikir dari mitosentris (pola pikir yang mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam) menjadi logosentris (logis), Pada periode ini terjadi perhatian besar terhadap alam, para filosof alam ini juga disebut sebagai filosof pra-socrates, sedangkan socrates dan setelah nya disebut para filosof pasca-socrates yang tidak hanya memberikan perhatian terhadap alam, tetapi manusia dan perilakunya. Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales (624 – 546 SM). Dia disebut sebagai bapak filsafat karena dialah orang yang pertama mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?, pertanyaan ini dijawabnya dengan pendekatan rasional bukan dengan pendekatan mitos atau kepercayaan.
Setelah Thales muncul Anaximandros (610 – 540 SM) yang mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama bersifat kekal, tidak terbatas dan meliputi segalanya, ia tidak setuju unsure utama adalah salah satu dari unsur-unsur yang ada, seperti air dan tanah. Berbeda dengan Thales dan Anaximandros, Heraklitos (540 - 460 SM) melihat alam semesta selalu dalam keadaan berubah (sesuatu yang dingin berubah menjadi panas dan yang panas berubah menjadi dingin). Filosof alam yang sangat  berpengaruh adalah Parmenindes (515 – 440 SM) dengan pandangan yang bertolak belakang dengan Heraklitos, menurut Heraklitos realitas seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain daripada gerakan dan perubahan, sedangakan menurut Parmenindes, gerakan dan perubahan tidak mungin terjadi, realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah, dia menegaskan bahwa yang ada itu ada, inilah kebenaran.
Pythagoras (580 – 500 SM) mengembalikan segala sesautu kepada bilangan, baginya tidak ada satupun yang ada di alam ini terlepas dari bilangan, semua realitas dapat diukur dengan bilangan (kuatitas). Jasa Phythagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang sampai saat ini sangat tergantung pada pendekatan Matematika. Galileo menegaskan bahwa alam ditulis dalam bahasa Matematika, dalam filsafat ilmu, Matematika merupakan sarana ilmiah yang terpenting dan akurat karena dengan pendekatan  Matematikalah ilmu dapat diukur dengan benar dan akurat.
Setelah berakhirnya masa para filosof alam, maka muncul masa transisi, yakni penelitian terhadap alam tidak menjadi fokus utama, tetapi sudah mulai menjurus pada penyelidikan pada manusia. Filosof alam tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga timbullah kaum “Sofis”. Kaum sofis ini memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Tokoh utamanya adalah Protagoras (481 – 411 SM). Ia menyatakan bahwa “manusia” adalah ukuran kebenaran, pernyataan ini merupakan cikal bakal humanisme. Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang dimaksudnya itu manusia individu atau manusia pada umumnya. Memang dua hal ini menimbulkan konsekuensi yang sungguh berbeda. Namun tidak ada jawaban yang pasti, mana yang dimaksud oleh Protagoras.
Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384 – 322 SM). Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut sillogisme. Logika Aristoteles ini juga  disebut dengan logika deduktif, yang mengukur valid atau tidaknya sebuah pemikiran Aristoteles yang pertama kali membagi filsafat pada  yang teoritis dan praktis. Yang mencakup logika, metafisika, dan fisika, sedangkan yang praktis, mencakup etika ekonomi, dan politik.

2.         Landasan Ilmu Pada Masa Islam
Landasan ilmu pada masa Islam yaitu Alquran dan Alhadist karena prinsip-prinsip semua ilmu dipandang kaum muslimin terdapat dalam Alquran; Alquran dan Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan menuntut ilmu.

3.         Apa Yang Dimaksud dengan Masa Islam Klasik
Masa Islam klasik yaitu Masa dimana ilmu pengetahuan sangat ditekankan dalam Islam sejak awal mulai masa Nabi Muhammad SAW sampai dengan masa khulafa Alrasyidun.

4.         Bagaimana Perkembangan Ilmu Pada Masa Islam Klasik
Perkembangan ilmu pada masa Islam Klasik adalah pada peristiwa Fitnah Al-Kubra yang ternyata tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi politis ansich tetapi juga membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia Islam dimana pasca peristiwa fitnah Al-qubra muncul berbagai golongan yang memiliki aliran teologis tersendiri yang berkembang karena alasan-alasan politis.
Pada masa ini muncul aliran Syi’ah yang membela Ali, aliran Kawarij, dan kelompok Muawiyah. Namun, diluar konflik yang muncul, sejarah mencatat 2 tokoh besar yang tidak terlibat dalam perdebatan teologis yang cenderung mengkafirkan satu sama lain, tetapi justru mencurahkan perhatianya pada ilmu agama, kedua tokoh itu adalah Abdullah Ibnu Umar dan Abdullah Ibn Abbas. Abdullah Ibnu Umar mencurahkan perhatianya dalam bidang ilmu hadits sedangkan Abdullah Ibn Abbas lebih mencurahkan perhatianya pada ilmu tafsir. Kedua tokoh ini sering disebut sebagai pelopor tumbuhnya istitusi keulamaan dalam islam, sekaligus berarti pelopor kajian mendalam dan sistematis dalam islam, mereka juga disebut sebagai moyang golongan Sunny atau Ahl-al-Sunnah wa al- jamaah.
Tahap penting berikutnya dalam proses perkembangan dan tradisi keilmuan Islam adalah masuknya unsur-unsur dari luar ke dalam Islam, khususnya unsur-unsur budaya perso-semitik (Zoraastrianisme, khususnya mazdanisme serta yahudi dan Kristen) dan budaya hellenisme, belakangan disebut mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran islam, ibarat pisau bermata dua. Satu sisi mendukung Jabariah, sedangkan sisi lain mendukung qadariah. Dari adanya pandangan yang dikotomis antara keduanya kemudian muncul usaha menengahi dengan menggunakan argumen-argumen Hellenisme, terutama filsafat Aristoteles.
Ilmu-ilmu ke-Islaman seperti tafsir, hadis, fiqih, usul fiqih, dan teologi sudah berkembang sejak masa-masa awal Islam hingga sekarang. Khusus dalam bidang teologi, Muktazilah dianggap sebagai pembawa pemikiran-pemikiran rasional. Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional berkembang pada zaman Islam klasik (650-1250 M). Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia).
W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Kolese Kristen Nestorian di Jundisyapur, pusat belajar yang paling penting, melahirkan dokter-dokter istana Harun Alrashid dan penggantinya sepanjang sekitar seratus tahun. Akibat kontak semacam ini, para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan Al-Ma’mun (813-833 M). Dia mendirikan Bayt Al-hikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh.
Buku-buku matematika dan astronomi adalah buku-buku yang pertama kali diterjemahkan. Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) merupakan tokoh penting dalam bidang matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil dari namanya, dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah “Algebra” diambil dari judul karyanya. Karya-karyanya adalah rintisan pertama dalam bidang aritmatika yang menggunakan cara penulisan desimal seperti yang ada dewasa ini, yakni angka-angka Arab.
Al-Khawarizmi dan para penerusnya menghasilkan metode-metode untuk menjalankan operasi-operasi matematika yang secara aritmatis mengandung berbagai kerumitan, misalnya mendapatkan akar kuadrat dari satu angka. Di antara ahli matematika yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin adalah al-Nayrizi atau Anaritius (922 M) dan Ibn Al-Haytham atau Alhazen (1039 M). Ibn Al-Haytham menentang teori Eucleides dan Ptolemeus yang menyatakan bahwa sinar visual memancar dari mata ke obyeknya, dan mempertahankan pandangan kebalikannya bahwa cahayalah yang memancar dari obyek ke mata. Di bidang astronomi, Al-Battani (Albategnius) menghasilkan tabel-tabel astronomi yang luar biasa akuratnya pada sekitar tahun 900 M. Ketepatan observasi-observasinya tentang gerhana telah digunakan untuk tujuan-tujuan perbandingan sampai tahun 1749 M. Selain Al-Battani, ada Jabir ibnu Aflah (Geber) dan Al-Bitruji (Alpetragius). Jabir ibnu Aflah dikenal karena karyanya di bidang trigonometri sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga Maslamah al-Majriti (1007 M), Ibn Al-Samh, dan Ibn Al-Saffar. Ibn Abi al-Rijal (Abenragel) di bidang astrologi.
Dalam bidang kedokteran ada Abū Bakar Muhammad ibnu Zakariyya al-Razi atau Rhazes (250-313 H/864-925 M atau 320 H/932 M), Ibn Sina atau Avicenna (1037 M), Ibn Rushd atau Averroes (1126-1198 M), Abu al-Qasim al-Zahrawi (Abulcasis), dan Ibn Zuhr atau Avenzoar (w. 1161 M). Al-Hawi karya al-Razi merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk setiap penyakit dia menyertakan pandangan-pandangan dari para pengarang Yunani, Syiria, India, Persia, dan Arab, dan kemudian menambah catatan hasil observasi klinisnya sendiri dan menyatakan pendapat finalnya. Buku Canon of Medicine karya Ibnu Sina sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 M dan terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-setidaknya sampai akhir abad ke-16 M dan seterusnya. Tulisan Abu al-Qasim al-Zahrawi tentang pembedahan (operasi) dan alat-alatnya merupakan sumbangan yang berharga dalam bidang kedokteran.
Dalam bidang kimia ada Jabir ibn Hayyan (Geber) dan al-Biruni (362-442 H/973-1050 M). Sebagian karya Jabir ibn Hayyan memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Biruni mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.
Dalam bidang botani, zoologi, mineralogi, karya orang Arab mencakup gambaran dan daftar berbagai macam tanaman, binatang, dan batuan. Beberapa di antaranya memiliki kegunaan praktis, yakni ketika karya tersebut dihubungkan dengan bidang farmakologi dan perawatan medis.
Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan filsafat. Sebut saja al-Kindi, al-Farabi (950 M), Ibn Sina atau Avicenna (1037 M), al-Ghazali (1111 M), Ibn Bajah atau Avempace (1138 M), Ibn ufayl atau Abubacer (1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (1198 M). Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindi berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun pondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian diantaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Farabi. Al-Kindi sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing.
Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di kalangan filosof profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.
5.         Kemajuan Ilmu Pada Masa Renaisans
Masa Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Penemuan percetakan (1440 M) dan ditemukannya benua baru oleh Colombus (1492 M).
Pada zaman ini, pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Pada zaman Renaissance ini ilmu pengetahuan sudah berkembang, dari tokoh-tokoh seperti :
a.          Roger Bacon (1214-1294), yang berpendapat bahwa pengalaman merupakan landasan utama diawal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Beliau juga mengajarkan pengalaman sebagai basis dari ilmu pengetahuan.
b.         Corpenicus (1473-1543), terkenal dengan pendapatnya “Heliosentris”, yaitu bahwa bumi dan semua planet bergerak mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat
c.          Tycho Brahe (1546-1601), yang merupakan penemu benda-benda angkasa, yang membuktikan benda-benda angkasa tersebut terapung bebas dalam ruang angkasa
d.         Johannes Keppler (1571-1630), sebagai ahli matematika, namun melanjutkan penelitian dari Brahe tentang gerak benda-benda angkasa.
Hukum astronomi menurut Keppler :
1.      Orbit dari semua planet berbentuk elips
2.      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antar planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
3.      Bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengamn matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P+ :Q+ =X+:Y+
e.          Galileo Galilei (1546-1642), menciptakan sebuah teropong bintang terbesar yang dapat mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.
f.          Naipier (1550-1617) metemukan sebuah logaritma berdasrkan basis e yang kemudian dirobah kedalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun 1615). Penemuan ini memberikan reaksi terhadap Keppler bahwa dengan ditemukannya Logaritma, maka perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya menjadi 11 bulan.
g.         Masa Desarque (1593-1662) ditemukan projective Geometry, Fermat mengembangkan Ortogonal Coordinate System seperti halnya Desacrates.

Selain itu juga dilaksanakan penelitia-penelitian teori Aljabar berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam tangan Newton dan Leibniz kemudian akan menjelma sebagai perhitungan diferensial-integral (calculus). Fermat bersama-sama Pascal menyusun dasar-dasar perhitungan statistic.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar